Monday, July 7, 2008

The Dream come true

Sebuah kelompok peneliti yang digawangi Universitas Tokyo dinyatakan telah memecahkan rekor kecepatan Internet. Rekor tersebut tercetak sebanyak dua kali dalam dua hari. Kelompok peneliti tersebut pada 30 Desember 2006 telah berhasil mengirimkan data dengan kecepatan 7,67 Gbps (gigabits per second) hanya dengan menggunakan protokol komunikasi standar. Sehari berikutnya, mereka menggunakan protokol yang telah dimodifikasi dan sukses mencetak kecepatan yang lebih tinggi yaitu 9,70 Gbps. Hal tersebut diungkap Internet2, sebuah konsorsium jaringan terkemuka di Amerika Serikat yang dipimpin oleh komunitas peneliti dan pendidikan. Angka kecepatan tersebut mengalahkan catatan kecepatan Internet tercepat sebelumnya, yaitu 6,96 Gbps yang tercetak pada November 2005. AP yang dikutip detikINET Rabu (25/4/2007) melansir, para peneliti menggunakan sistem pengalamatan Internet terbaru, Internet Protocol versi 6 (IPv6). Data dikirimkan dari Tokyo menuju Chicago, Amsterdam dan Seattle sebelum kembali lagi ke Tokyo.

Internet2 yang beranggotakan lebih dari 200 universitas di Amerika Serikat, tengah menggarap jaringan kecepatan sangat tinggi, jaringan generasi mendatang bernama National LambdaRail. Kini konsorsium tersebut berencana untuk membangun jaringan baru dengan kapasitas 100 Gbps. Kapasitas ini memungkinkan data dengan kualitas tinggi seperti misalnya film 'The Matrix', dikirimkan hanya dalam waktu beberapa detik. Padahal, jika dikirimkan melalui jaringan Internet2 yang sudah ada, akan memakan waktu beberapa menit, sementara jika menggunakan jaringan broadband rumahan, akan memakan waktu hingga 2 hari.

Pencapaian Sistem Informasi Akuntansi yang Memadai

Sebelum melaksanakan metodologi pengembangan sistem, maka perlu pemahaman terhadap kebijakan dan sekumpulan hal-hal mendasar yang menjadi keyakinan manajemen suatu organisasi terhadap sistem informasi. Kebijakan ini berkaitan dengan filosofi manajemen, dan sistem informasi yang proaktif.
Secara umum ada dua filosofi yang dapat digunakan dalam pengembangan sistem informasi organisasi, yaitu dipandang sebagai senjata pertahanan taktik dan senjata ofensif strategik. Pertama, sistem informasi dipandang sebagai senjata pertahanan taktik dan operasional untuk menentukan basic data, kebutuhan pemrosesan dan kewajiban pelaporan untuk membantu perusahaan tetap pada jalur yang harus dilalui dan bertahan hidup. Kedua, sistem informasi akuntansi dipandang sebagai senjata ofensif yang strategik untuk dapat memenangkan persaingan. Kebijakan sistem informasi yang proaktif akan menghilangkan pemisah antara departemen, personalia dan fungsi garis, serta menghilangkan batas wilayah negara. Kebijakan sistem informasi proaktif mengakui penerapan teknologi informasi, seperti
telekomunikasi, komputer, electronic mail, computer-integrated manufacturing, teleshopping, teleconference, multifunctional workstations secara terintegrasi.
Tujuan sistem informasi dan kebutuhan informasi yang didefinisikan secara jelas adalah salah satu kunci untuk suksesnya sistem informasi. Kesuksesan suatu sistem membutuhkan tujuan-tujuan yang terdefinisikan. Suatu sistem dengan tujuan tertentu akan menyelesaikan lebih banyak untuk suatu organisasi, daripada sistem tanpa tujuan, sedikit tujuan, atau tujuan yang ambisius (Calliueot and Lapayre, 1992).
Calliueot and Lapayre (1992) menyatakan bahwa penciptaan suatu informasi efektif membutuhkan suatu pengorganisasian untuk mengembangkan sejumlah sistem-sistem pendukung. Penarikan staf yang kompeten dan layak adalah suatu tindakan yang sangat penting. Investasi yang besar dalam perangkat keras, perangkat lunak dan pendukung sistem yang lain adalah sesuatu yang penting, namun tanpa manusia bersumber daya yang kompeten untuk mengkoordinasikan sistem akan menghasilkan informasi yang tidak layak, tidak tepat waktu atau tidak akurat.

Informasi yang dihasilkan akuntansi

Informasi yang dihasilkan oleh SIA adalah informasi akuntansi yang dapat berupa informasi operasi (IO), informasi akuntansi manajemen (IAM), dan informasi akuntansi keuangan (IAK). IO disiapkan hampir mirip dengan IAM. Bedanya adalah IO dikhususkan untuk membuat laporan yang memuat kegiatan operasi perusahaan. Kegiatan operasi yang dimaksud adalah aktivitas utama dan aktivitas lain yang timbul dalam peusahaan tersebut. Aktivitas utama biasanya berasal dari aktivitas pembelian bahan mentah, pengolahan atau pemrosesan, dan penjualan produk hasil dari pemrosesan sebelumnya. Aktivitas lain dapat
berupa aktivitas akuntansi, administrasi dan umum dan lain-lainnya.

Aktivitas operasi selain dapat menghasilkan informasi operasi, dapat pula diolah untuk menghasilkan informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi. Informasiakuntansi manajemen disiapkan untuk kebutuhan pihak internal untuk membantu manajemen dalam pembuatan keputusan. Informasi ini tidak dibatasi oleh PABU, merupakan informasi inovatif yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi perusahaan tertentu.
Informasi akuntansi keuangan adalah informasi bertujuan umum (general purposes) yang disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Informasi ini bertujuan umum sebab disiapkan untuk pihak internal dan eksternal. IAK disajikan dengan asumsi bahwa informasi yang dibutuhkan investor, kreditor, calon investor dan kreditor, manajemen, pemerintah, dan sebagainya dapat mewakili kebutuhan informasi pihak lain selain investor dan kreditor. Dengan demikian dibutuhkan satu informasi seragam untuk semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis perusahaan. Umumnya, IAK disusun dan
dilaporkan secara periodik, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen terhadap informasi yang tepat waktu. Selain itu, IAK disajikan dengan format yang terlalu kaku, sehingga kurang mampu memenuhi informasi yang dibutuhkan manajemen.

Akuntansi Cepat

hari ini saya punya pengalaman menarik tentang fast-processing untuk semua sistem informasi entah manual atau pun berbasis TI. saya akan coba sarikan dengan paper pendek sebagai berikut :
-------------------------
akuntansi sebagai prosedur kerja/proses binis utama perusahaan yang mengolah dan menyajikan data-data ekonomis dan non ekonomis ke dalam satu penyajian informasi yang beragam dan sesuai kebutuhan dihadapkan pada tantangan penyajian yang super cepat dan super akurat. tidk lagi peduli dengan deadline, batas minimal atau apapun namanya, seolah akuntansi tanpa kompromi harus bisa menyediakan segala informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (klo saya lebih suka termasuk pihak yg memang tidak berkepentingan shg merke atertarik dengan informasi yang disajikan).

minimal ada 2 faktor penentu akuntansi bisa se-revolusioner mungkin...
1. akuntansi harus tetap menjaga performansinya seperti standar yang umum berlaku (baca : GAAP).
2. akuntansi harus meng-empower agar bisa menghasilkan informasi yang tidak biasa (baca : neraca, L/R, arus kas).
seperti tarik menarik antara keamanan dan kenyamanan...akuntansi menuntut tidak lagi spet hal itu tapi harus bisa sejalan dengan dua-duanya.

batasan yang saat ini adalah akuntansi dihadapkan pada aturan baku yang sudah membumi dengan standar profesional tertentu, kadang batasan ini membuat empower-ing akuntansi menjadi mandeg, nah solusinya standar akuntansi harus bisa mengadaptasi seperti halnya teknologi perkembangan bisnis dan teknologi di luar.

Konsep akuntansi cepat adalah konsep bagaimana standar akuntansi yang dipakai oleh sebuah organisasi bisa customize dengan lingkungannya baik internal maupun eksternal tetapi tetap dengan standar umum yang ada (GAAP). akuntansi cepat mungkin terjadi juga karena adanya dorongan/dukungan TI sebagai enablernya. nah klo enablernya sudah siap sekrang tinggal human-nya yg harus siap mengadopsi dan meng-customize setiap saat.

Techno Accounting

Tecno Accounting .

"duluan mana ayam dengan telur". idiom ini cocok juga dengan pernyataan untuk " duluan mana antara akuntansi dan teknologi informasi".

dalam dunia bisnis dan industri, dinamisasi proses binis dan proses akuntansi akan sangat bisa terjadi dalam setiap detik dan setiap saat. "dulu" akuntansi adalah proses pengolahan data, kemudian mengemuka dengan service-nya (baca : jasa), dan ada pula dengan pendekatan teknologi. biasanya ini dihubungkan dengan definisi teoritis menurut pakar-pakar akuntansi.

yang ingin difokuskan dalam hal ini adalah akuntansi dan TI adalah komponen sistem informasi yang mengakomodasi kebutuhan proses akuntansi yg terjadi di semua lini perusahaan (secara horizontal-misal: produksi, pembelian, gudang, HR, keuangan, akuntansi, umum, dll) sekaligus pada level vertikalnya menyediakan informasi menyeluruh baik itu sifatnya sistem pemrosesan transaksi samapai dengan executive information system. akuntansi tidak hanya sekedar proses, jasa dan teknologi tetapi harus memili business intelligence dan sekaligus knowledger dalam rangka meningkatkan potensi perusahaan (laba) dan mengurangi resiko.

akuntansi harus dipandang sebagai integrasi antara prosedur kerja akuntansi (proses bisnisnya), pengaturan data dan informasi, managemen manusia , dan aplikasi (baik hard/soft-ware) dalam rangka menyediakan informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, informasi akuntansi keuangan, dan informasi bisnis lainnya.

tantangan akuntansi harus menyediakan informasi tersebut secara riel time, uptodate, akurat dan akuntabel. dengan teknologi informasi yang cocok hal ini sangat mungkin dilaksanakan.

Layanan berbasis Pay Per Use

ada berita menarik di detiki-Net mengenai Perbankan Indonesia akan menghentikan investasi TI, dengan ilustrasi sbg berikut :Perbankan di Indonesia akan menghentikan investasi teknologi informasi (TI) dan menyerahkan pengelolaannya ke pihak ketiga yang menyediakan jasa TI. Jadi perbankan bisa memilih penyedia jasa layaknya pengguna seluler memilih operator telekomunikasi.

\"Dengan adanya hal tersebut maka nantinya perbankan hanya satu kali dalam menginvestasikan TI dan selanjutnya menggunakan jasa operator yang sesuai dengan standardisasi tertentu,\" kata Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (13/2/2007).

Dalam konferensi pers Apconex (Asia Pacific Conference and Expo) 2007 tersebut, ia mengungkapkan pengalihan dari belanja modal (capital expenditure/capex) kepada belanja operasional (operasional expenditure/opex) adalah dalam rangka membentuk perbankan yang excellence.

Industri perbankan, menurut Sigit, merupakan sektor kunci perekonomian Indonesia sehingga dituntut untuk berperan aktif dalam menyusun langkah-langkah strategis. \"Salah satunya adalah mengalihkan belanja modal kepada belanja operasional,\" tandasnya.

Sementara itu, Ketua STMIK Perbanas Eko Indrajit menuturkan, akan ada banyak operator TI semacam itu yang bisa dipilih perbankan. Dengan begitu, perbankan tinggal memilih perusahaan mana yang memberikan jasa paling baik, layaknya memilih operator telekomunikasi sesuai modul yang ditawarkan.

\"Selama ini investasi TI untuk satu bank saja rata-rata adalah sekitar US$ 4 juta per tahun sehingga dengan adanya sistem pengalihan jasa teknologi informasi kepada pihak ketiga maka investasinya menjadi hilang sama sekali berganti dengan operasional,\" ujarnya.

Dia memaparkan arsitektur teknologi perbankan semacam itu perlu diwujudkan mengingat di negara lain hal seperti itu sudah lama diterapkan.

Operator TI yang dimaksud bisa datang dari penyedia jasa atau vendor-vendor teknologi informasi baik dari dalam maupun luar negeri. Perbankan bisa menjalin kontrak dengan operator tersebut paling tidak selama satu tahun untuk kemudian diperbarui kembali atau berpindah ke operator yang lain.

No comments: